Coba bandingkan dua peristiwa ini…
Peristiwa pertama:
Bayangin Anda lagi nunggu chat WA penting tapi HP Anda lagi di charge posisi agak jauh.
Tiba-tiba HP bunyi menandakan pesan WA masuk. Anda pun jalan, bergegas cek HP. Ternyata oh ternyata…
Bukan chat yang Anda harapkan yang muncul di layar HP, melainkan chat dari nomor baru yang setelah dibaca seksama adalah dia nawarain pinjol.
Gimana perasaan Anda?
Kesel dan gak terterik karena Anda gak kenal sama sekali pengirimnya.
Peristiwa kedua:
Anda lagi nyantai, rebahan atau duduk sambil ngopi, lihat-lihat status WA teman-teman yang muncul..
Dan disana ada konten story berupa informasi bermanfaat, ada yang menghibur, ada juga yang merupakan promosi atau jualan.
Meskipun gak langsung beli, minimal Anda tau ada penawaran tersebut.
Bahkan kalau menarik karena Anda udah kenal, bisa aja langsung eksekusi.
Kenapa begitu?
Di peristiwa pertama Anda gak kenal pengirimnya, mood Anda juga rusak ( kesel dan ilfeel) karena ada kesan ‘mengganggu’
Jadi gak heran kalau yang muncul adalah sebuah penolakan besar terhadap iklannya.
Dan menariknya itu gak terjadi di peristiwa kedua.
Dalam WA marketing…
Promosi via chat memang biasanya lebih rentan dengan penolakan dibandingkan promosi via story.
Chat adalah ruang pribadi, sedangkan story atau status adalah ruang umum.
Chat akan efektif jika digunakan untuk jualan kepada hot market.
Sedangkan story bisa digunakan untuk semua kategori market tidak hanya hot yaitu warm bahkan juga cold.
Karena efektif jadi jangan sampai fitur status WA tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Anda bisa praktekan pola story wa marketing yang saya bahas dalam bonus no 4 disini.
Manfaatkan 365 konten story WhatsApp siap pakai untuk 1 tahun full membangun reputasi dan relationship dengan database Anda.