Lakukan List Building Sebelum Butuh Uang

Lakukan List Building Sebelum Butuh Uang

List building dan email marketing tidak instan, baru mulai hari ini jangan harap hasilnya hari ini juga.

Saat kita menanam pohon buah, tidak mungkin nanam pagi, sore hari sudah panen.

Pertumbuhan pohon ada prosesnya, maka tanamlah selagi masih kenyang, masih ada persediaan makanan, jangan menunggu kelaparan.

Sama seperti list building, lakukanlah selagi uang masih ada, penjualan masih lancar, atau mungkin gaji masih rutin, jangan nunggu setelah banyak hutang, atau butuh uang cepat baru mulai.

List buidling dan email marketing perlu proses, dia bukan magic yang bisa memberi hasil 1x kedipan.

Siapapun Bisa

List building atau mengumpulkan data kontak calon buyer bisa dilakukan dengan menawarkan sesuatu yang bernilai secara gratis (lead magnet).

Dan list building bisa dilakukan oleh siapapun, tidak hanya mereka yang jualan produk digital.

Misalnya seorang marketer memberikan sample produknya untuk dibarter dengan data kontak.

Seorang blogger nich kesehatan menawarkan ebook 30 tips kesehatan simple yang gak banyak orang tau.

Penjual jasa AC menawarkan aplikasi kalkulator untuk menentukan jenis dan PK yang ideal.

Seorang penulis novel bisa memberikan 1/4 bagian tulisannya untuk dibaca gratis.

Dan ada banyak sekali ide lainnya yang bisa dieksplor.

Masing-masing dari kita juga bisa memiliki dan menggunakan lebih dari satu lead magnet.

Kuncinya Relationship

Ada seorang teman yang menjual database 100.000 alamat email hanya dengan harga puluhan ribu rupiah.

Seberapapun murahnya, percayalah itu tidak akan berguna untuk kita yang menggunakannya sebagai saluran promosi (jualan).

Mengharapkan konversi tanpa peduli relationship dengan audiens adalah seperti menunggu pesawat di stasiun kereta api.

Efektivitas pemasaran adalah tentang relationship dengan audians.

Dan hubungan yang baik tidak mungkin terbentuk jika marketer datang tanpa menghormati privasi.

Mengirimkan iklan padahal tidak memiliki izin, dan tidak ada relevansi minat pada audiens.

Pada akhirnya list building bukan soal volume atau kuantitasnya, melainkan kualitasnya.

Database yang dibangun satu per satu (manual) yang akan memberikan hasil bagus jangka panjang.

Dan kalau Anda sudah tau pentingnya mulai list building, tapi masih bingung dengan tahapan teknisnya, jangan ragu untuk gunakan bantuan saya...

Dari Zaman Friendster sampai Threads

Dari Zaman Friendster Sampai Threads

Sosial media adalah lautan penuh ikan. Menontonnya membuat kita terhibur, tapi tidak bikin kenyang.

Tahun 2006 sampai 2009 saya mengakses internet hanya untuk main friendster.

Tau kan friendster?

Itu loh jejaring sosial yang diluncurkan tahun 2002, pernah sangat populer tapi akhirnya ditutup pada Juni 2011 karena kalah saing dengan Facebook dan Twitter.

Dan baru di tahun 2010 saya menemukan (gak sengaja) iklan tentang cara berpenghasilan dari internet.

Beruntung saat pertama itu saya nemu yang memang cara real yaitu ‘jualan online’,

bukan judi online,

bukan money game,

bukan juga investasi bodong.

Masih di tahun 2010 itu saya mendapatkan penghasilan pertama dari affiliate (menjualkan produk digital orang lain).

Saat itu saya promosi menggunakan iklan baris dan jasa periklanan berbayar PPC lokal.

Gak bikin konten edukasi dan sharing.

Gak bangun personal brand.

Cuma ngiklan aja pokoknya.

Kalau lagi bagus ya bisa profit 3x, 5x lipat dari biaya iklan. Tapi gak jarang juga boncos, gak balik modal.

Yang nyebelin bukan boncosnya tapi ketergantungan dengan iklannya.

Tiap ada produk baru, saya harus iklan lagi.

Mengenal List Building

Sejak tahun 2012 saya udah banyak belajar tentang list building dan email marketing ini,

Tapi baru tahun 2014 akhir saya punya alasan untuk mempraktekannya.

Ini screenshot balasan dari salah satu subscriber saat saya ngasih sample ecourse bahasa inggris.

Anda bisa lihat itu tahun 2015.

Saya gak punya akun sosmed bisnis yang dibuat dan dikelola secara serius untuk kebutuhan traffic.

Saya sama sekali gak jago SEO, gak punya pasukan affiliate, dan beriklan di meta ads juga hanya sesekali waktu saja.

Lalu bagaimana saya bertahan di dunia jualan online sampai sekarang, dan mendapat total ribuan penjualan produk digital?

Jawabannya adalah dari email.

"List building adalah tentang membangun pangkalan penggemar yang setia, yang akan mendukung dan membeli dari Anda berulang kali." - Marie Forleo

Sosial Media = Lautan

Kita sama-sama menyaksikan, datang masanya FB Ads lalu Youtube, Instagram, marketplace, Tiktok, lalu yang terbaru Threads.

Semua sosial media itu seperti halnya lautan, disana ada banyak ikan, dari yang kecil sampai yang besar.

Hanya menontonnya akan membuat kita terhibur, tapi sama sekali tidak membuat kenyang.

Maka siapkan umpan lalu jaring ikan-ikan itu dengan baik, kemudian masukan ke dalam kolam penampungan Anda sendiri (email list).

Kenapa harus masuk kolam?

Supaya bisa dimanfaatkan jangka panjang, bukan hanya untuk makan sekarang.

Nah untuk Anda yang mau belajar bagaimana membuat kolam, menyiapkan umpan dan menangkap iklan...

Penjualan dari Email Emang Bikin Candu

Penjualan dari Email Emang Bikin Candu

Mereka yang tau manisnya email marketing, akan tertawa melihat orang masih ragu mencobanya.

Pernah denger orang ngomong gini?

Sosial Media

Sosmed memang luar biasa, tapi sistem & algoritamanya berubah terlalu cepat, maka sangat melehakan dan beresiko kalau menggunakannya sebagai satu-satunya.

Cara terbaiknya adalah manfaatkan sosmed untuk publikasi konten dengan tujuan menarik perhatian potential buyer dan memperkuat brand.

Poin pentingnya adalah jangan berhenti setelah orang menjadi follower, tarik mereka masuk email list secara sukarela, agar ke depan bisa dikelola mandiri.

Email memungkinkan untuk personalisasi, segmentasi, sehingga kita bisa berikan konten yang super relevan dan berkala sehingga akan memperkuat relationship.

Dibandingkan terus-menerus mencari dan mengejar pembeli baru tapi kehilangan buyer lama, secara biaya dan effortnya jauh sangat besar dan merugikan,

akan lebih baik jika kita bisa membuat buyer lama kembali transaksi mengambil penawaran baru kita.

Rajanya Konversi

Kalau memang produk fisik gak cocok pakai email, dan orang Indonesia gak buka email, kenapa banyak brand-brand besar dan top marketer menggunakan email?

Faktanya tingkat konversi email marketing adalah paling tinggi dibandingkan saluran promosi lainnya.

Menurut survey dari monetate.com konversi traffic dari email itu sekitar 4,24% sedangkan SEO atau mesin pencari 2,49% , dan sosmed hanya 0,59%

Michael Hyatt seorang mentor dan penulis buku top memiliki 115.000 subscriber email, membangun bisnis multi million dollar dari list email dan 90% penghasilannya memang berasal dari email.

Tapi BTW kenapa konversi email bisa paling tinggi?

Karena promosi dilakukan kepada mereka yang sudah kenal baik dan sudah terbentuk trust.

Menurut Kerry L Johnson dalam bukunya ‘Sales Magic’ sebanyak 83% transaksi penjualan terjadi karena si pembeli suka dengan penjualnya bukan karena produknya bagus atau diinginkan.

Nah untuk membuat seseorang suka itu ada prosesnya, minimal mereka harus kenal dulu.

Dan email memungkinkan untuk kita bisa mengenalkan diri atau produk kita dengan mudah secara berkala dengan biaya yang sangat murah.

Neil Patel mengatakan bahwa email punya kemampuan yang tidak dimiliki banyak saluran: menciptakan sentuhan pribadi yang berharga – dalam skala besar.

Kesimpulan:

Email marketing ada sejak lama, jauh sebelum era sosial media dan nyatanya masih eksis sampai sekarang juga.

Jika sudah merasakan manisnya email marketing maka kita akan tertawa saja melihat orang-orang yang masih ragu mencobanya.

Jika Anda ingin melihat gambaran detil bagaimana saya menggunakan database email sebagai mesin print uang sejak 2014...

error: Content is protected !!